Harga Cabai Merah Tembus Rp 52 Ribu per Kilogram di Kota Jambi, Warga dan Pedagang Keluhkan Minimnya Perhatian Pemerintah

JURNALJAMBI.CO – Lonjakan harga cabai merah kembali menjadi sorotan utama masyarakat Kota Jambi. Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar rakyat, seperti Pasar Talang Banjar dan Pasar Angso Duo, harga cabai merah per 9 September 2025 menembus angka Rp 52.000 per kilogram. Kenaikan harga ini sontak dikeluhkan oleh warga dan pelaku usaha kecil, terutama ibu rumah tangga serta pedagang warung makan, yang merasa terbebani karena belum ada langkah konkret dari pemerintah dalam mengendalikan harga bahan pokok tersebut.

Susi, seorang ibu rumah tangga di kawasan Paal Merah, mengaku harus mengurangi pembelian cabai karena anggaran belanja rumah tangganya tidak lagi mencukupi. “Biasanya saya beli setengah kilo untuk stok seminggu, sekarang beli seperempat kilo saja sudah berat. Harga cabai Rp 52 ribu itu sangat mahal untuk kami,” keluhnya.

Kondisi serupa juga dirasakan oleh Romlah, pemilik warung makan di kawasan Simpang Kawat. Ia mengatakan bahwa tingginya harga cabai membuatnya harus mengurangi takaran cabai dalam masakan, yang berisiko menurunkan kualitas rasa makanan. “Saya bingung mau naikin harga nasi bungkus atau tidak. Kalau enggak dinaikkan, saya rugi. Tapi kalau dinaikkan, pelanggan kabur,” ujarnya dengan wajah cemas.

Sementara itu, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Jambi merilis data terbaru perkembangan harga bahan pokok di dua pasar utama: Pasar Talang Banjar dan Pasar Angso Duo. Mayoritas harga bahan pokok dilaporkan relatif stabil, mulai dari beras, minyak, tepung terigu, hingga telur.

Namun, data tersebut juga mencatat bahwa harga cabai merah besar dan kecil di Pasar Talang Banjar naik 3,85% dan kini mencapai Rp 52.000 per kilogram. Ironisnya, di Pasar Angso Duo, harga cabai merah justru mengalami penurunan tajam hingga 18,18%, dan dijual seharga Rp 45.000 per kilogram. Kondisi ini menunjukkan ketidakseimbangan harga antar pasar, yang menimbulkan tanda tanya besar bagi masyarakat soal pengawasan distribusi dan pasokan.

Di sisi lain, beberapa jenis cabai seperti cabai rawit merah dan hijau mengalami penurunan harga yang cukup signifikan, baik di Pasar Talang Banjar maupun Pasar Angso Duo. Namun, penurunan ini belum mampu mengimbangi lonjakan harga cabai merah yang paling banyak digunakan dalam masakan harian warga.

Menurut seorang pejabat dari Dinas Perdagangan Kota Jambi yang enggan disebutkan namanya, lonjakan harga cabai merah dipicu oleh penurunan pasokan dari daerah sentra produksi, sementara permintaan tetap tinggi. “Kami sedang memantau situasi dan belum ada rencana operasi pasar untuk cabai karena sebagian jenis cabai lain justru turun,” katanya.

Kenaikan harga cabai ini bukan kali pertama terjadi. Setiap memasuki masa transisi musim atau pasca panen raya, harga cabai kerap tidak stabil. Namun, yang menjadi keluhan utama masyarakat adalah minimnya tindakan nyata dari pemerintah daerah dalam melakukan stabilisasi harga bahan pokok penting seperti cabai, yang menjadi komoditas utama dalam masakan rumah tangga maupun usaha kuliner.

“Kalau terus seperti ini, kami rakyat kecil harus bagaimana? Pemerintah seharusnya cepat tanggap, bukan cuma data yang dipantau, tapi solusi nyata seperti operasi pasar atau subsidi langsung ke pedagang,” ujar Suparman, seorang pengusaha katering di Kota Baru.

Kondisi harga bahan pokok lain seperti beras, gula, minyak goreng, tepung, daging ayam, dan telur cenderung stabil di kedua pasar. Namun, komoditas protein hewani seperti daging sapi dan ayam kampung masih berada pada harga tinggi, yaitu Rp 130.000 – 140.000 per kilogram untuk daging sapi, dan Rp 65.000 per kilogram untuk ayam kampung.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *