JURNALJAMBI.CO – Harga bahan pokok di Kota Jambi terpantau stabil di tiga pasar besar, yaitu Pasar Rakyat Talang Banjar, Pasar Angso Duo, dan Pasar Rakyat Kasang. Meski stabil, pantauan terbaru dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Jambi menunjukkan adanya perbedaan harga antar pasar yang cukup mencolok, terutama pada komoditas strategis seperti daging, cabai, dan kebutuhan harian lainnya.
Harga beras dari berbagai merek seperti Naruto, Anggur, Belido, King, dan Tiga Kartu berada di kisaran Rp 15.500 hingga Rp 16.000 per kilogram di ketiga pasar. Stok tersedia dan harga relatif merata. Namun, beberapa jenis beras seperti Beras Mangga dan Beras Operasi Pasar (OP Bulog) belum tersedia di semua lokasi.
Sementara itu, harga gula pasir lokal berkisar antara Rp 18.000 hingga Rp 19.000 per kilogram. Pasar Kasang mencatat harga gula paling tinggi, sedangkan Talang Banjar dan Angso Duo lebih rendah. Produk tepung terigu seperti Segitiga Biru dan Cakra Kembar dijual mulai dari Rp 12.000 hingga Rp 15.000/kg, dengan variasi harga yang berbeda di tiap pasar.
Minyak goreng curah dan kemasan refill juga terpantau stabil. Minyak curah dijual dengan harga Rp 18.000–Rp 19.000/kg, sedangkan kemasan refill 1 liter dijual mulai dari Rp 15.700 hingga Rp 19.000/liter. Selisih harga tergantung pasar dan merek yang tersedia.
Untuk komoditas daging sapi murni, perbedaan harga sangat terasa. Di Pasar Angso Duo, daging sapi dijual seharga Rp 130.000/kg, lebih murah dibandingkan Talang Banjar (Rp 140.000/kg) dan Kasang (Rp 150.000/kg). Selisih hingga Rp 20.000 per kilogram ini cukup membebani konsumen jika tidak cermat memilih tempat belanja.
Daging ayam kampung dijual dengan harga stabil antara Rp 65.000 hingga Rp 70.000 per kilogram, sedangkan ayam broiler berada di kisaran Rp 32.000–Rp 33.000/kg.
Harga telur ayam ras cenderung stabil di Rp 1.700–Rp 1.800 per butir, dan telur ayam kampung seragam di harga Rp 2.500 per butir di ketiga pasar.
Harga cabai menjadi perhatian utama karena mengalami fluktuasi cukup ekstrem. Di Pasar Talang Banjar, cabe rawit hijau mengalami kenaikan hingga 12,5% menjadi Rp 32.000/kg. Sebaliknya, di Pasar Angso Duo, harganya justru turun drastis sebesar 33,33% menjadi hanya Rp 20.000/kg. Perbedaan harga ini bisa mengganggu stabilitas ekonomi rumah tangga jika tidak segera ditangani.
Cabe merah besar dan kecil dijual Rp 24.000–Rp 28.000/kg di semua pasar, dengan penurunan harga di Kasang. Cabe rawit merah terpantau stabil di Talang Banjar dan Angso Duo (Rp 35.000/kg), namun di Kasang harganya justru turun tajam menjadi Rp 30.000/kg (turun 30,23%).
Harga bawang merah tertinggi tercatat di Talang Banjar, yakni Rp 58.000/kg, sedangkan di Angso Duo hanya Rp 48.000/kg, dan Kasang Rp 50.000/kg. Bawang putih stabil di harga Rp 30.000–Rp 32.000/kg di semua pasar.
Sayuran dan umbi-umbian seperti ubi jalar, ketela pohon, dan pisang lilin menunjukkan perbedaan harga ringan namun tetap terasa. Ubi jalar dijual Rp 8.000–Rp 10.000/kg, sedangkan ketela pohon berkisar Rp 4.000–Rp 5.000/kg.
Harga tahu dan tempe menunjukkan ketidakwajaran harga. Di Pasar Talang Banjar dan Angso Duo, tahu mentah masih terjangkau di Rp 800/kg, namun di Kasang melonjak menjadi Rp 10.000/kg. Hal serupa terjadi pada tempe mentah, di mana harga di Kasang justru lebih murah (Rp 5.000/kg) dibanding Talang Banjar (Rp 10.000/kg), sedangkan di Angso Duo hanya Rp 7.000/kg.
Produk olahan seperti susu bubuk dan mi instan juga mencatat stabilitas harga, meski masih ditemukan perbedaan kecil antar pasar. Misalnya, Indomie Kari Ayam dijual Rp 3.000 di Kasang dan Angso Duo, namun Rp 3.500 di Talang Banjar. Susu Dancow 27 gr dihargai Rp 3.500–Rp 4.000 tergantung lokasi.
Data ini menunjukkan bahwa meski tren harga secara umum stabil di Kota Jambi, disparitas harga antar pasar tradisional masih tinggi. Perbedaan harga bisa mencapai puluhan ribu rupiah untuk produk yang sama, terutama pada komoditas daging, cabai, dan produk olahan.
Pemerintah Kota Jambi bersama Dinas Perdagangan dan Perindustrian perlu melakukan pengawasan lebih ketat terhadap rantai distribusi dan memastikan tidak ada spekulasi harga antar pedagang. Transparansi harga dan penguatan kontrol pasar menjadi kunci untuk mencegah lonjakan harga sepihak yang merugikan masyarakat, khususnya kelompok rentan.
Masyarakat juga diimbau untuk membandingkan harga antar pasar sebelum berbelanja, terutama untuk kebutuhan mingguan dalam jumlah besar.