JURNALJAMBI.CO – Bupati Sarolangun H. Hurmin, SE menyatakan komitmen penuh dalam rangka upaya besar mencapai swasembada pangan di Kabupaten Sarolangun. Upaya ini kian menguat setelah audiensi penting digelar antara Pemerintah Kabupaten Sarolangun dan Satgas Swasembada Pangan Provinsi Jambi, Minggu malam (25/52025) di Aula Agro Modern BRMP Jambi.
Bupati Sarolangun H. Hurmin, SE mengatakan, komitmen penuh tersebut untuk mengubah pola bertani masyarakat dari sekadar mencukupi kebutuhan, menjadi usaha produktif.
“Dengan edukasi, benih unggul, dan alat pertanian, kami siap bergerak cepat”, tegasnya.
Pernyataan serupa juga diungkapkan Pj. Sekda Ir. Dedy Hendry, M.Si, yang menyoroti potensi besar di lahan kering, termasuk 200 hektar padi gogo di Kecamatan Bathin VIII. Namun, Ia juga menekankan perlunya penyelesaian persoalan irigasi dan percepatan pendataan CPCL secara akurat.
Pertemuan ini menandai langkah konkret dan kolaboratif dalam mengatasi defisit produksi beras yang selama ini membayangi kabupaten Sarolangun. Diharapkan audiensi ini menjadi awal penting bagi Sarolangun untuk menapaki jalan sebagai lumbung pangan baru di Jambi dengan semangat kolaboratif dan transformasi pertanian yang menyeluruh.
Sementara itu, Pj. Satgas Swasembada Pangan Provinsi Jambi Dr. Liferdi, menyampaikan bahwa Sarolangun masih defisit beras sebesar 19.787 ton. Namun, jika indeks pertanaman (IP) naik dari 0,86 menjadi 2,08 dan produktivitas meningkat dari 4,12 ton/ha menjadi 4,52 ton/ha, kabupaten ini bisa memproduksi 20.585 ton beras, cukup untuk mendekati swasembada.
“Potensi ada, air dari 9 sungai besar melimpah. Tinggal bagaimana kita optimalkan lahan dan ubah pola pikir bertani,” ujar Liferdi.
Sebagaimana diketahui, Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP) merupakan lembaga strategis yang berperan penting dalam mendorong transformasi sektor pertanian melalui inovasi, perakitan teknologi, dan modernisasi. Kepala BRMP Jambi, Firdaus, SP., M.Si, menegaskan bahwa perubahan pola pikir adalah kunci. Menurutnya, petani di Jambi masih banyak yang bertani satu kali setahun untuk bertahan hidup.
“Saatnya bertani jadi usaha yang menguntungkan. Lahan IP 100 bisa jadi IP 200 bahkan 300. Tapi butuh dukungan teknologi dan tenaga teknis,” ujarnya.
Kepala BRMP Juga mendorong penggunaan teknologi poligon untuk mendukung pendataan CPCL yang lebih cepat dan akurat dalam pencapaian swasembada pangan.(*)