JURNALJAMBI.CO – Terkait rencana Pemerintah Republik Indonesia menyetop impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Singapura dan mengalihkan ke negara-negara produsen langsung, Anggota komisi XII DPR RI dari Fraksi Partai Golkar Drs. H. Cek Endra mengungkapkan dukungan penuh, Ia mengungkapkan membeli BBM langsung dari negara-negara produsen utama seperti Arab Saudi dan Amerika Serikat akan memberikan harga yang lebih kompetitif dibandingkan produk BBM olahan yang dibeli dari Singapura.
Membeli BBM langsung dari negara-negara produsen langsung seperti Arab Saudi, Amerika Serikat, dan negara-negara di kawasan Timur Tengah, kebijakan ini akan menekan biaya impor, memperbaiki neraca perdagangan, dan memperkuat ketahanan energi nasional.
“Kita selama ini terlalu tergantung pada Singapura yang hanya berfungsi sebagai negara re-ekspor BBM. Biaya logistik mahal, harga kurang kompetitif, dan secara strategis kita terlalu bergantung pada satu titik pasokan”, kata Cek Endra dalam keterangannya, Jumat (16/5/2025).
Menurut Cek Endra, pengiriman dari negara produsen umumnya menggunakan kapal besar dengan kapasitas tinggi, sehingga menurunkan biaya logistik per liter BBM secara signifikan, menjadi lebih murah.
“Kapal tanker dari Timur Tengah bisa membawa muatan dalam skala besar, sehingga biaya logistik per unit jauh lebih murah dibanding kapal kecil dari Singapura. Ini efisiensi yang perlu kita manfaatkan,” tegasnya.
Namun tak cukup sampai disitu, pengalihan impor ini harus dibarengi dengan percepatan pengembangan dan modernisasi kilang minyak nasional. Cek Endra menilai, ketergantungan pada impor produk jadi membuat Indonesia kehilangan potensi nilai tambah dalam negeri.
“Kita harus berinvestasi di kilang. Kalau kita bisa olah sendiri minyak mentah dari negara produsen, maka kita ciptakan lapangan kerja, transfer teknologi, dan nilai ekonomi yang lebih besar di dalam negeri”, ujarnya.
Lebih lanjut, Cek Endra menekankan bahwa kebijakan ini tidak hanya berdampak pada sektor energi, tapi juga memberikan kontribusi positif terhadap neraca perdagangan dan stabilitas fiskal negara.
“Dengan harga impor yang lebih murah dan logistik yang efisien, kita bisa hemat devisa dan memperbaiki struktur subsidi energi. Ini memberi ruang fiskal yang lebih sehat dan memperkuat daya tahan ekonomi nasional”, jelasnya.
Cek Endra juga menyoroti pentingnya diversifikasi sumber pasokan BBM sebagai bagian dari strategi jangka panjang ketahanan energi. Menurutnya, ketergantungan pada satu negara sangat berisiko di tengah dinamika geopolitik global. “Diversifikasi pasokan itu wajib. Kita harus punya lebih dari satu sumber, supaya saat ada gangguan di satu titik, pasokan nasional tidak terganggu. Ini adalah bagian dari kedaulatan energi kita”, terangnya.
Cek Endra menegaskan bahwa sebagai anggota Komisi XII Fraksi Partai Golkar DPR RI mengapresiasi kebijakan Menteri ESDM Bapak Bahlil Lahadalia dalam rangka untuk meningkatkan ketersediaan dan efisiensi harga BBM dalam negeri, ia mendukung penuh kebijakan ini dan siap mengawal pelaksanaannya melalui fungsi pengawasan DPR. Ia berharap langkah ini segera diimplementasikan secara bertahap dan terukur, dengan perencanaan logistik dan infrastruktur yang matang.
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menilai, sejak menjabat sebagai Menteri ESDM, ia telah melakukan sejumlah evaluasi terhadap produk impor, seperti BBM. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa harga beli BBM dari Singapura ternyata sama dengan harga beli dari wilayah Timur Tengah.
“Setelah saya cek, kok harganya sama dibandingkan dengan dari negara Middle East. Ya, kalau begitu kita mulai berpikir bahwa mungkin, bukan kata mungkin lagi nih, sudah hampir pasti kita akan mengambil minyak dari negara lain yang bukan dari negara itu,” kata Bahlil.o
Ia menargetkan dalam waktu enam bulan ke depan, rencana pengalihan impor BBM dari Singapura ke negara lain dapat segera terlaksana. Guna merealisasikan rencana tersebut, Pertamina tengah membangun dermaga yang cukup besar untuk dapat dilewati kapal-kapal jumbo.
“Karena kalau dari Singapura kan kapalnya kan yang kecil-kecil, itu juga salah satu alasan. Jadi kita membangun yang besar, supaya satu kali angkut, nggak ada masalah. Maka, pelabuhannya yang diperbesar, dan kedalamannya harus dijaga,” jelas menteri Bahlil Lahadalia.(*)