JURNALJAMBI.CO – Siapa sangka, sebuah kalimat sederhana dari drama web Malaysia Bidaah bisa membuat geger dunia maya? Kalimat “Walid nak Dewi, boleh?” yang diucapkan oleh karakter Walid Muhammad, tiba-tiba saja meledak di TikTok dan meramaikan hampir setiap postingan, bahkan di luar konteks film itu sendiri! Meskipun terdengar ringan dan menggelikan, ternyata ada makna yang jauh lebih dalam di balik kalimat tersebut yang membuat banyak warganet penasaran.
Bidaah, drama yang baru saja mencatatkan lebih dari 2,5 milyar views pada 6 April 2025, terus menjadi bahan pembicaraan. Salah satu adegan yang paling banyak dibicarakan dan mencuri perhatian adalah ucapan dari Walid Muhammad (Faizal Hussein), yang dalam Bahasa Melayu berarti “Walid ingin Dewi, bolehkah?”. Tentu saja, banyak netizen yang kebingungan dengan arti kalimat ini, terutama bagi mereka yang belum menonton serialnya.
Kalimat ini bukan sekadar lelucon. Dalam konteks serial Bidaah, ucapan tersebut berasal dari karakter Walid Muhammad, seorang pemimpin sekte Jihad Ummah yang manipulatif. Walid menggunakan posisinya untuk merayu dan memanipulasi anggota sekte, termasuk Dewi (diperankan oleh Ranea Ezreen), dalam praktik pernikahan batin yang disamarkan sebagai cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Ajaran sesat ini menjadi salah satu tema utama dalam Bidaah, di mana Walid memanfaatkan kepercayaannya untuk memenuhi hawa nafsu pribadi, sementara para pengikutnya mengikuti perintah tersebut dengan iming-iming pahala.
Adegan ini menjadi titik balik dalam serial, di mana Walid secara terang-terangan menyatakan niatnya terhadap Dewi dengan kalimat tersebut. Meskipun konteksnya sangat serius, ucapan ini dengan cepat viral di media sosial, terutama TikTok. Banyak warganet yang mulai menggunakan kalimat ini untuk bercanda, membuat meme, bahkan menjadi komentar di berbagai postingan bahkan yang tidak ada kaitannya dengan drama tersebut.
Tentu saja, fenomena ini bukan hanya tentang kelucuan semata. Ucapan “Walid nak Dewi, boleh?” kini telah menjadi simbol dari manipulasi dan penyalahgunaan kekuasaan dalam sekte tersebut. Bagi para penonton yang sudah mengikuti Bidaah, kalimat ini mengingatkan mereka akan betapa berbahayanya ajaran-ajaran yang menyimpang dan bagaimana karakter Walid memanfaatkan pengaruhnya untuk kepentingan pribadi.
Apa yang dimulai sebagai sebuah adegan yang menggugah emosi, kini telah berkembang menjadi bahan perbincangan luas. Tentu saja, banyak yang penasaran untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana cerita ini akan berkembang dan apakah Walid akhirnya akan terungkap sebagai tokoh antagonis yang sebenarnya.
Dengan begitu banyaknya interaksi di media sosial, Bidaah semakin membuktikan dirinya sebagai drama yang tak hanya menghibur, tetapi juga menggugah pikiran, mendorong diskusi tentang kekuasaan, agama, dan moralitas. Jika kamu belum menonton, mungkin sudah saatnya untuk menyelami lebih dalam tentang kisah yang sedang menggebrak dunia maya ini.(*)