JURNALJAMBI.CO – Permintaan emas di antara bank sentral mencatat rekor tertinggi kuartal pertama 2023. Menurut World Gold Council, hal ini disebabkan terjadinya peningkatan permintaan emas secara global sebagai instrumen diversifikasi.
Pada awal pekan Mei lalu, harga emas sempat mencapai US$ 2.000 per troi ons. Harga aset logam kuning bergeliat di tengah ketidakpastian ekonomi global. Hal ini memungkinan jeda kenaikan suku bunga Federal Reserve dan berpotensi masalah lebih lanjut di sektor perbankan Amerika Serikat yang mendorong investor memborong aset logam mulia.
“Alasan utama mengapa institusi memegang emas adalah karena perannya sebagai aset diversifikasi, penyimpan nilai jangka panjang,” katanya dikutip dari CNBC International, Kamis (29/6). “Namun dalam dua tahun terakhir ini, kita telah melihat betapa pentingnya peran emas bagi institusi-institusi tersebut selama masa krisis.”
Berdasarkan laporan The WGC Gold Demand Trends, permintaan emas sempat mengalami penurunan 13% pada kuartal pertama 2023 dari periode yang sama tahun lalu lantaran investor keluar dari aset logam mulia menyusul gejolak invasi Rusia ke Ukraina. Meski begitu, total permintaan emas kembali naik 1% dari kuartal pertama 2022 berkat pemulihan di pasar over the counter (OTC).
Hingga akhir Maret, bank sentral menambahkan 228 ton emas ke cadangan global. Ini merupakan tingkat pembelian tertinggi terlihat pada kuartal pertama sejak seri data dimulai pada tahun 2000. (ist)