Ini Batasan Tepat Konsumsi Gula Garam dan Lemak saat Puasa

oleh

JURNALJAMBI.CO – Tidak sekedar mengkonsumsi makanan sehat, anda juga harus membatasi konsumsi gula, garam, lemak (GGL) selama puasa.

Cermatilah informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan minuman, khususnya pada masa pandemi Covid-19.

Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa dan NAPZA, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Endang Sri Wahyuningsih menjelaskan, berdasarkan Riskesdas Tahun 2018, prevalensi penyandang Diabetes Melitus di DKI Jakarta sebesar 3,4 %.

Jumlah ini meningkat dibandingkan data Riskesdas 2013, yaitu 2,5%. Angka ini berada di atas prevalensi nasional. Peningkatan jumlah penyandang diabetes ini sangat erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat.

“Salah satunya adalah konsumsi gula, garam, lemak yang berlebih dan kurang mencermati informasi nilai gizi pada kemasan pangan olahan,” kata dr Endang, di Jakarta, belum lama ini.

Menurut dr Endang, sebagai bagian dari pola hidup sehat untuk mencegah prediabetes maupun diabetes, konsumsi GGL per individu harus dibatasi, yaitu 50 gram gula atau 4 sendok makan gula per hari.

“Selain itu, lanjutnya dalam mengonsumsi garam cukup 5 gram atau 1 sendok teh garam per hari, dan 67 gram lemak atau 5 sendok makan lemak per hari,” katanya.

Selain membatasi konsumsi GGL, masyarakat juga harus mencermati informasi nilai gizi pada kemasan pangan olahan supaya asupan nutrisi harian tidak berlebih.

Direktur Standardisasi Pangan Olahan Badan POM, Sutanti Siti Namtini mengatakan, produk pangan olahan yang sudah mendapatkan izin edar Badan POM wajib mencantumkan informasi nilai gizi. Tujuannya agar masyarakat dapat memilih asupan yang sesuai dengan kebutuhan gizi demi menjaga kesehatan tubuh.

“Informasi nilai gizi yang harus diperhatikan oleh masyarakat terdiri dari takaran sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi yang terdiri dari lemak, protein, karbohidrat, zat gizi mikro dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi),” katanya.

Selain itu, lanjutnya, masyarakat perlu memerhatikan kandungan zat gizi yang ada dalam produk, kemudian konsumsi sesuai kebutuhan (zat gizi apa yang harus dibatasi atau yang harus dipenuhi) untuk masing-masing individu.

Selain untuk individu yang sehat (belum terdiagnosa prediabetes maupun diabetes), anjuran batasi konsumsi GGL dan cermati informasi nilai gizi juga berlaku untuk penyandang diabetes, terutama di tengah pandemi Covid-19 yang saat ini sedang mewabah di Indonesia.

Lebih lanjut dr Endang menuturkan, pada kondisi saat ini di mana Covid-19 sangat mudah menyebar dan menginfeksi, Kementerian Kesehatan RI menganjurkan penyandang diabetes untuk mengonsumsi nutrisi rendah GGL.

“Pasalnya, orang dengan diabetes memiliki kadar gula yang tidak terkontrol, sehingga amat rentan mengalami komplikasi serius jika positif terinfeksi Covid-19 bahkan dapat berakibat fatal,” kata dia.

Head of Nutrifood Research Center, Astri Kurniati menyarankan, berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, 80 persen penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes dan jantung disebabkan oleh perilaku tidak sehat, termasuk pola makan yang tidak sehat.

“Apalagi di tengah kondisi pandemi Covid-19, masyarakat dengan kondisi penyakit tertentu seperti diabetes memiliki risiko lebih tinggi terkena komplikasi serius apabila terkena Covid-19,” kata Astri.

Dia menyebutkan, American Diabetes Association menyatakan pada penderita diabetes, kadar gula darah yang tidak terkontrol dan infeksi virus dapat meningkatkan peradangan di dalam tubuh. Kombinasi kedua kondisi ini pun semakin memperburuk risiko komplikasi.

“Untuk itu, di tengah pandemi Covid-19 saat ini, mengontrol kadar gula darah menjadi semakin penting bagi penyandang diabetes. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan menjalani gaya hidup sehat, di antaranya dengan menjaga pola makan sehat, menjaga berat badan dan rutin berolahraga,” ujarnya. (*)

Sumber: Inews.com