Cuitan Ahli Kopi Ini Sebut 95% Kopi Luwak di Indonesia Palsu, Kok Bisa?

Reporter: Super Admin - Editor: No Editor
- Jumat, 10 April 2020, 08:34 AM
JURNALJAMBI.CO - Seorang ahli kopi mengatakan hampir semua kopi luwak di Indonesia palsu. Lantas kopi luwak seperti apa yang asli?



Pemilik akun twitter @lailadimyati yang juga seorang Q grader dan coffee green bean buyer membeberkan beberapa penjelasan terkait kopi luwak asal Indonesia. Laila membbuat thread yang kemudian ia unggah di twitter dan menjadi perbincangan hangat terutama di kalangan pencinta kopi.

"Thread ini tidak untuk menyudutkan pihak-pihak tertentu, ini hasil dari pengamatan dan pengalaman sebagai coffee green buyer dan Q grader," tulis Laila.

Laila mengatakan 95 % kopi luwak yang beredar di Indonesia kemungkinan tipu-tipu alias palsu. Di sini Laila menjelaskan lebih dulu bagaimana luwak mengonsumsi buah kopi . Hewan nokturnal ini menyantap kulit buah kopi yang memiliki rasa manis.

Lapisan buah dan kulit kopi yang dimakan luwak ini dicerna secara alami, namun tidak untuk bagian biji kopinya. Biji kopi yang terfermentasi dalam sistem pencernaan luwak ini keluar bersama feses alias kotoran luwak.

Biji kopi inilah yang kemudian jadi bahan baku kopi luwak yang banderol harganya bisa selangit. Wajar saja kalau harga kopi luwak sangat mahal di psaran karena prosesnya yang rumit dan hanya bisa dilakukan secara alami oleh luwak.

Selain itu rasa kopi luwak yang nikmat juga jadi alasan orang berani merogoh kocek dalam demi menikmati sensasi rasa kopi eeksots ini. Meskipun asli Indonesia, kopi luwak tidak terlalu dikenal kecuali di daerah penghasil utamanya seperti Aceh, Sumut, Sumsel, Lampung, Bai, Sulsel, sebagian Jatim dan Jabar.

Kopi luwak justru snagat dikenal setelah heboh oleh bule. Secara sejarahnya, kopi luwak dibawa oleh Tony Wild ke Inggris pada 1991. Kemudian kmbali heboh setelah muncul di acara Oprah Winfrey tahun 2003 dan ada dalam film The Bucket List tahun 2007.

Meski disebut-sebut memiliki rasa yang unik, tapi Laila mengatakan kopi luwak tidak terlalu spesial.

"Dari segi rasa, menurutku kopi luwak tidak istimewa. 8x aku blind cupping (cupping tanpa tahu identitas kopi yg kuminum), kopi luwak sll barada di urutan bawah dari score sheet ku, walaupun pernah 2x diantaranya memenuhi standar minimum kopi specialty (nilai 80)" kata Laila.

Pernah sekali waktu Laila memberikan nilai tinggi namun untuk kopi luwak yang diproses dari luwak liar dan disortir sangat ketat serta dipanggang oleh roaster terkenal asal Singapura. Kopi luwak ini ia coba ketika ada di Ubud, Bali.

Wanita yang lidahnya sudah akrab dengan rasa kopi ini berani mengatakan banyak kopi luwak palsu karena mengingat produksi kopi luwak pastilah sangat terbatas. Ia juga beberapa kali menyaksikan aksi 'tipu-tipu' produsen kopi luwak.

Ketika di Bali, Laila menyaksikan produsen nakal mengupas kulit kopi lalu dikepalkan sampai membentuk feses luwak. Kemudian di Lampung juga ada produsen nakal yang mengupas kulit ceri kopi lalu menambahkan pisang yang dihancurkan lalu dujemur di atas terpal.

Sementara di Sumatera Utara, Laila melihat ceri kopi yang dikupas lalu dicampur kotoran sapi dan lumpur lalu dibentuk lonjong dan dijual sebagai kopi luwak. Lain lagi produsen yang hanya mengganti label kopi wine ke kopi luwak.

Menurut Laila ada tiga alasan kenapa kopi bisa dijual sembarangan sebagai kopi luwak. Pertama karena tidak ada kontrol ketat dari pemerintah, karena terbatasnya uji lab serta banyak orang membeli kopi luwak karena efek ceritanya bukan karena rasanya. (*)

Sumber: Detik.com

Tags

Berita Terkait

X