Tanpa Lockdown, Apa Rahasia Korea Selatan Sukses Tangani Corona?

oleh

JURNALJAMBI.CO – Ketika berbicara mengenai negara-negara yang berhasil menangani wabah virus corona atau Covid-19, Korea Selatan tak akan pernah ketinggalan.

Pasalnya, negara ini berhasil melandaikan kurva kasus baru virus corona, meskipun sempat mengalami wabah besar di Daegu.

Bahkan, untuk kali pertama sejak puncak wabah Covid-19 pada akhir Februari, Korea Selatan hanya melaporkan 47 kasus baru.

Negara ini juga mencatatkan tidak adanya kematian akibat virus corona pada masyarakat berusia di bawah 29 tahun. Dalam webinar yang diadakan oleh School of Government & Public Policy Indonesia, Senin (6/4/2020); Duta Besar Korea untuk Indonesia, Kim Chang-Beom, memaparkan rahasia Korea Selatan dalam menangani wabah virus corona tanpa melakukan lockdown maupun pembatasan transportasi, bahkan di kota Daegu sekalipun.

Dia berkata bahwa poin utama cara kerja pemerintah Korea Selatan dalam melawan Covid-19 bisa disingkat menjadi TRUST, yakni transparency (transparansi), robust screening and quarantine (skrining dan karantina yang kuat), universally applicable testing (tes yang universal), strict control (kontrol yang ketat) dan treatment (perawatan).

Dalam penanganan Covid-19, pemerintah Korea Selatan juga membentuk gugus tugas seperti Indonesia. Gugus tugas ini dipimpin langsung oleh Perdana Menteri dan melibatkan seluruh pemerintah daerah dan pemerintah provinsi.

Lewat kerja sama yang terpusat ini, pemerintah Korea Selatan bisa dengan sigap mengalokasikan sumber daya sesuai kebutuhan. Apabila ada satu provinsi yang kekurangan tempat tidur atau petugas medis, koordinasi bisa dilakukan untuk menyediakan tempat tidur di rumah sakit provinsi sekitar dan mengirim petugas medis dari provinsi lain.

“Ini semacam gotong royong,” kata Kim.

4 Strategi

Nah, terkait pendekatan yang kemudian diterapkan untuk menangkal virus corona. Kim berkata bahwa semuanya bisa diringkas menjadi empat strategi berikut:

  1. Pengetesan yang agresif “Inilah inti dari pertarungan kami. Kami (Korea Selatan) bisa mengetes hingga 20.000 kasus per hari. Pada akhir Maret, kami telah melakukan 466.000 tes,” ujarnya.

Luar biasanya, Korea Selatan hanya menggunakan PCR dengan sampel yang diambil secara swab, bukan rapid test seperti di Indonesia, karena PCR dinilai jauh lebih akurat dalam mengidentifikasikan infeksi.

Untuk meningkatkan kecepatan dan kenyamanan tes PCR, Korea Selatan mengadakan pengetesan drive through di mana seseorang diambil sampelnya dalam keadaan masih di dalam mobil. Seluruh proses pengambilan sampel secara drive through hanya butuh waktu kurang dari 10 menit. Keunggulan lainnya dari tes drive through adalah lokasinya tidak perlu didisinfeksi setiap saat.

  1. Pelacakan yang menyeluruh dan sigap Dalam melakukan pelacakan kontak, Korea Selatan mengandalkan teknologi, seperti sejarah transaksi kartu kredit, rekaman CCTV, aplikasi dan GPS.

Informasi yang relevan, seperti riwayat perjalanan orang yang terinfeksi, kemudian dibuka ke publik lewat pengumuman via pesan singkat, aplikasi dan secara online agar orang yang berkontak bisa menjalani pengetesan.

  1. Perawatan pasien Kim berkata bahwa pemerintah Korea Selatan menyadari bahwa pasien Covid-19 bisa tidak bergejala (asimptomatik). Oleh sebab itu, deteksi dini dan perawatan intensive seawal mungkin menjadi kunci penting dalam upaya penanganan wabah.

Setelah terdeteksi, pasien dibagi menjadi empat tergantung gejalanya: ringan, menengah dan sangat parah. Pasien dengan gejala ringan diakomodasi di 139 pusat perawatan yang mirip asrama, sementara pasien bergejala menengah ke atas dirawat di 69 rumah sakit khusus Covid-19.

  1. Melibatkan publik secara aktif Kim berkata bahwa transparansi pemerintah dan kepercayaan publik yang tinggi sangat menentukan keberhasilan upaya pencegahan, seperti social distancing.

Jika masyarakat memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap pemerintah, maka mereka akan mau bersikap bertanggung jawab dan rasional untuk kebaikan bersama. Intinya, kata Kim, semakin transparan pemerintah, semakin tinggi kepercayaan publik.

“Sejak hari pertama, masyarakat Korea Selatan telah menunjukkan tanggung jawab sipil yang luar biasa. Mungkin ini karena keterbukaan, transparansi informasi dan kecepatan perilisan data oleh pemerintah. Hal-hal ini membangun kepercayaan publik,” ujarnya.

Bagaimana dengan Indonesia? Kim menyadari bahwa model penanganan yang dilakukan di Korea Selatan tidak bisa diduplikasi begitu saja di Indonesia. Pasalnya, selain kondisi geografis dan populasi yang berbeda, Korea Selatan telah bersiap menghadapi wabah ini bahkan sejak tahun 2015 ketika mereka dilanda wabah MERS yang membunuh 38 orang.

Pada saat itu, pemerintah Korea Selatan dikritik karena respons yang lambat. Belajar dari pengalaman tersebut, pemerintah Korea Selatan pun berbenah dan hasilnya adalah respons cepat dan efektif seperti yang kita lihat hari ini.

Untuk Indonesia, Kim berkata bahwa hal-hal yang bisa ditingkatkan adalah transparansi data mengenai lokasi pasien dan kapasitas pengetesan. Selain itu, masalah lain yang harus segera ditangani adalah bagaimana meningkatkan kesadaran dan ketaatan publik dalam melaksanakan social distancing. (*)

Sumber: kompas.com