Ketika Tradisi Belajar Silek Usai Tarawih Mulai Memudar…

oleh

JURNALJAMBI.CO – Riuh teriakan para pendekar muda tak lagi terdengar. Indah gerakan jurus-jurus mematikan itu tak pula akrab dihadapan para pewaris budaya silek rantau panjang.

Empat tahun lalu, tradisi belajar silek (silat) usai tarawih di Kelurahan Rantau Panjang Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin, Jambi menjadi tontonan menarik masyarakat.

Selain menjaga warisan tradisi adat istiadat leluhur, belajar silek usai tarawih juga menjadi ciri khas dan daya tarik luar biasa bagi wisatawan.

Aktivitas belajar bela diri pun dinilai sakral karena digelar di Tanah Batuah Tanah Keramat. Sebelum latihan dimulai, Tanah Batuah Tanah Keramat terlebih dahulu dibunuh atau diruat. Tujuannya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Belajar bela diri usai tarawih biasanya dipentaskan pada Silek Penyudon di depan rumah adat Rantau Panjang Kecamatan Tabir.

Namun kini budaya tersebut mulai pudar lantaran kurangnya minat anak-anak dan remaja. Kaum milenial lebih tertarik dengan dunia digital ketimbang adat istiadat warisan leluhur.

Pertunjukkan silek Rantau Panjang

Lembaga Adat Kecamatan Tabir, M. Zen mengatakan, Silek merupakan Ilmu bela diri yang diajarkan secara turun temurun. Katanya, silat yang ditampilkan saat ini hanya silek permainan, bukan yang sesungguhnya.

*Kunjungi dan jadilah member di https://jb.jurnaljambi.co/

“Pada dasarnya silek itu adalah ilmu bela diri yang diajarkan dari dulu. Silek ini ada beberapa namanya seperti silek Harimau serta silek lainnya. Untuk belajar silek ini biasanya dilaksanakan usai shalat tarawih,” ujar M Zen.

Berkenaan dengan mulai memudarnya tradisi itu, M Zen mengatakan saat ini sudah mulai membentuk kelompok kelompok masyarakat untuk menggali kembali adat lamo Pusako usang.

“Memang kesadaran tentang budaya dan adat untuk anak-anak dan remaja sudah menurun. Akan tetapi lembaga adat sudah sampai pemikiran untuk membuat kelompok-kelompok yang memang ingin mengali dan mengkaji ada lamo,” katanya.

“Dengan demikian nantinya kita berharap adat budaya ini kembali diterapkan ditengah masyarakat. Maka perlu kita sama-sama mengembangkan dan mengajak adik-adik untuk peduli dengan adat budaya,” tutupnya.

Penulis: Kariuk
Editor: Ivan Ginanjar