Begini Kronologi Penemuan Tubuh Deasy yang Tewas Dimangsa Buaya Peliharaan Majikan dan Cerita saat Dimandikan

Reporter: Super Admin - Editor: No Editor
- Ahad, 13 Januari 2019, 01:35 AM
JURNALJAMBI.CO - Seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai kepala laboratorium tewas dimangsa buaya peliharaan Bos.



Masyarakat syok pasalnya kondisi tubuh korban sudah tak utuh lagi bahkan tersisa sedikit.

Kondisi mengerikan terlihat pada jasad wanita cantik yang tewas dimangsa buaya peliharaan bos di Minahasa, Sulawesi Utara, Jumat (11/1/2019).

Kondisi jasad wanita bernama Deasy Tuwo (44) itu diceritakan petugas yang memandikan jenazahnya di RSUP Kandou Malalayang.

Maikel Mokodompit, pemandi jenasah di RSUP Kandou mengaku kaget saat mengetahui jasad yang dimandikannya merupakan korban yang dimangsa  buaya pada Jumat (11/1/2019).

Diketahui, Deasy Tuwo (44), Kepala Laboratorium CV Yosiki Desa Ranowangko, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa tewas diterkam buaya pada Jumat hari ini.

Maikel Mokodompit, mengaku selama delapan tahun menjadi personel di unit pemulasaran jenazah RSUP Kandou Malalayang, baru kali ini ia memandikan jenazah korban buaya.

Maikel Mokodompit, yang ditemui sedang bersantai di depan unit pemulasaran mengaku ada tiga orang yang memandikan jasad tersebut.

Proses pemandian tak lama, tak sampai 30 menit.



Maikel menggambarkan, saat itu bagian tubun korban sudah habis. Tersisa kepala dan dua kaki. Tangan pun sudah raib.

"Kemungkinan buaya menerjangnya dari pinggir. Mungkin juga karena masih kenyang, makanya tak makan sampai habis," ujarnya.

Baginya jasad yang tak utuh sudah biasa. Hanya saja memang baru kali ini ia menangani korban gigitan buaya.

9 Fakta Buaya Memangsa Deasy

Deasy Tuwo (44), Kepala Laboratorium CV Yosiki, ditemukan tewas mengenaskan di kandang buaya peliharaan atasannya, di Desa Ranowangko (wilayah Tanawangko), Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa, Sulut, Jumat (11/1/2019) siang.

CV Yosiki merupakan perusahaan pembibitan mutiara milik warga negara Jepang bernama Mr Ochiai.

Jasad korban pertama kali ditemukan sudah tak bernyawa oleh rekan sekerjanya, Erling Rumengan (37).

Isi perut, dada hingga tangan kanan korban sudah dicabik buaya yang berusia 30 tahun bernama Merry itu.

Berikut deretan fakta terkait peristiwa buaya menerkam Deasy Tuwo yang dirangkum posbelitung.co (grup Surya.co.id):

1. Viral di Media Sosial

Kabar buaya peliharaan menyerang manusia di Perum Mutiara, Tanawangko, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa menjadi viral di Facebook pada Jumat (11/1/2019)

Hal ini diunggah oleh akun Facebook Richell Kawalod.

Richell Kawalod mengunggah sejumlah foto lokasi kejadian dan foto buaya dan korban.

Dia memberi foto keterangan pada unggahannya berikut:

TKP mutiara tanawangko ...
Korban buaya

Unggahan itu sudah ratusan kali dibagikan, mendapatkan banyak like dan komentar dalam 1 jam sejak di-posting.

Di kolom komentar, Richell Kawalod menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi di Perum Mutiara Tanawangko, Minahasa.

Dia menyebutkan korban adalah pekerja yang hendak memberi makan hewan peliharaan itu.

Namun, korban terpeleset dan jatuh ke lubang yang berisi buaya

Warganet pun menyatakan keprihatinan atas musibah tersebut

2. Kronologi Penemuan Jasad

Erling Rumengan (37) warga Desa Ranowangko menemukan jasad Deasy Tuwo (44) di dalam kolam penangkaran buaya.

Teman sekerja korban ini memang sedang mencari keberadaan korban yang juga Kepala Laboratorium CV Yosiki pada pagi itu.

Dia mencari dan mengecek ke lokasi CV Yosiki, perusahaan pembibitan mutiara milik warga negara Jepang.

Dia bersama rekannya mengecek ke dalam lokasi perusahaan kemudian masuk ke dalam areal perusahaan pembibitan mutiara tersebut sesampainya di dalam tidak ada orang yang ditemukan,

Namun, mereka melihat ada benda terapung yang menyerupai tubuh manusia berada diatas kolam tempat peliharaan seekor buaya.

"Kami penasaran saat melihat kearah kolam buaya, ada benda mengapung, ternyata tubuh Deasy. Kami takut menyentuhnya dan melaporkan kejadian tersebut di Polsek Tombariri," katanya.

3. Polisi Cari WN Jepang Pemilik Buaya

Mr Ochiai, pemilik buaya yang menerkam Deasy Tuwo tak ada di lokasi kejadian di Desa Ranowangko, Kecamatan Tombariri, belum tahu keberadaannya.

Amatan dilapangan, pemilik perusahaan CV Yosiki tak hanya memelihara buaya tapi juga ikan arwana dan pembibitan mutiara.

Kapolres Tomohon AKBP Raswin B Sirait mengatakan, pihaknya hingga saat ini masih mencari pemilik buaya berukuran 5 meter itu.

"Kita masih mencari pemilik buaya itu, selain itu kami juga sudah berkoordinasi dengan camat dan hukum tua ," katanya.

4. Korban Dikenal pendiam tapi rajin

Korban Deasy Tuwo (44) ternyata masih lajang. Dia dikenal rekannya sebagai wanita yang sangat rajin.

Nasran, rekan korban mengatakan korban merupakan sosok wanita yang ulet dan teliti.

"Apalagi dia sebagai kepala lab mutiara, sosok yang pendiam juga sih," kata Nasran saat ditemui di lokasi kejadian.

Ia pun kaget saat mendapat informasi bahwa wanita berumur 44 tahun itu hilang setengah badan dimakan buaya.

"Bingung juga kenapa bisa sampai dimakan buaya, memang kesehariannya selain menjaga lab, dia memberi makan buaya setiap pagi dan menjelang malam," kata dia.

Bahkan, ia mengatakam, anaknya juga sering menemani Deasy saat memberi makan buaya.

"Buaya itu setiap hari diberi makan ikan tuna, ayam bahkan hewan babi," katanya.

5. Cerita Mantan Pawang Buaya

Merry Supit (36) terkejut mendengar kabar kematian Deysi Tuwo (44) yang diterkam buaya milik pemimpin perusahaan pembibitan mutiara itu.

Selama 18 tahun, Merry Supit pernah bekerja di tempat itu dan mengundurkan diri pada 2005 silam.

"Saya sebagai pegawai pembibitan mutiara. Saat itu buaya yang juga diberi nama seperti nama saya ini, masih berukuran sama seperti kayu ini," kata Merry sembari menunjuk batang pohon berukuran panjang 1,50 meter yang tergeletak di sampingnya.

Sejak dahulu, lanjut dia, buaya itu sering diberi makan ayam, tongkol, dan ikan tuna.

"Semuanya harus fresh, dia tak mau makan bila sudah dibekukan atau sudah mati beberapa hari," kata warga Jaga X Ranowangko.

Ia mengungkapkan, beberapa waktu lalu buaya itu ingin diserahkan ke penangkaran namun mereka menolak karena tak punya kandang sebesar milik perusahaan itu.

Menurut Merry, kematian Deysi diketahui dua hari setelah peristiwa. Pasalnya, saat Deysi diterkam buaya, tak ada saksi mata yang melihat

6. Kondisi Jasad Korban

Maikel Mokodompit, pemandi jenasah di RSUP Kandou mengaku kaget saat mengetahui jasad Deasy Tuwo yang dimandikannya merupakan korban yang diterkam buaya.

Maikel Mokodompit, mengaku selama delapan tahunmenjadi personel di unit pemulasaran jenazah RSUP Kandou Malalayang, baru kali ini ia memandikan jenazah korban buaya.

Maikel Mokodompit, yang ditemui sedang bersantai di depan unit pemulasaran mengaku ada tiga orang yang memandikan jasad tersebut.

Proses pemandian tak lama, tak sampai tiga puluh menit.

Maikel menggambarkan, saat itu bagian tubun korban sudah habis.

Tersisa kepala dan dua kaki. Tangan pun sudah raib.

"Kemungkinan buaya menerjangnya dari pinggir. Mungkin juga karena masih kenyang, makanya tak makan sampai habis," ujarnya.

Baginya jasad yang tak utuh sudah biasa.

Hanya saja memang baru kali ini ia menangani korban gigitanbuaya.

7. BKSDA Sulut akan Evakuasi Buaya

Warga tak bisa seenaknya memelihara satwa liar. Harus ada izin dari pihak berwenang.

Dari izin inilah akan ditinjau kelayakan lokasi dan hal-hal yang mendukung lainnya.

"Harus ada izin, ada aturan yang mengatur tentang itu. Tak bisa sembarang," ujar Hendrik Rundengan, personel BKSDA Sulawesi Utara, Jumat (11/1/2018).

Tim penyelamat dari BKSDA Sulut langsung menurunkan tim ke lokasi buaya menerkam seorang wanita di Tombariri, Minahasa

Namun karena keterbatasan personel, buaya tersebut belum bisa dievakuasi.

Rencananya buaya tersebut akan dievakuasi ke Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki di Bitung.

Hewan tersebut tak bisa dibunuh, demikian Hendrik. Sebab ada isu beredar karena amarah warga, sehingga buaya tersebut akan dibunuh.

"Kami sudah berkoordinasi dengan PPS Tasikoki Bitung, rencananya akan dievakuasi ke sana. Tim rescue sudah turun tadi, tapi belum bisa evakuasi karena keterbatasan," ujarnya.

Buaya ini juga menjadi barang bukti polisi untuk kasus kematian korban.

Bahwa benar, korban memang dimakan buaya. Bisa juga jika ada kemungkinan lain, buaya ini tetap harus diamankan.

8. Warga Ramai Datangi Lokasi

Kepala Laboratorium CV Yosiki tempat pembibitan mutiara, Deysi Tuwo (44), tewas dimakan buaya peliharan pimpinan perusahaan itu yang berlokasi di Jaga VII Desa Ranowangko Kecamatan Tombariri, Minahasa, Sulawesi Utara, Jumat (11/01/2019).

Menurut warga setempat, Deysi yang merupakan warga Desa Suluun Tumpaan Minahasa Selatan, diterkam saat memberi makan buaya.

"Karena pada Rabu (09/01/2019), kami masih melihatnya masuk ke tempat itu," ujar Merry saat ditemui Tribunmanado.co.id di tempat kejadian perkara.

Dari amatan Tribunmanado.co.id (grup Surya.co.id), pukul 13.30 Wita, buaya sepanjang empat meter yang tampak sangat gemuk itu masih berada di kandangnya.

Sejumlah warga tampak antusias mengamati pergerakan buaya itu.

Bahkan, ada yang melemparinya batu sehingga buaya meronta dan membuka mulut.

Namun, dari bagian luar kompleks itu sudah diberi garis polisi.

9. Kapolda Sulut Terkejut

Kapolda Sulut Irjen Pol R Sigid Tri Hardjanto sempat kaget, saat awak media menyodorkan informasi itu kepada jenderal bintang dua.

"Wah, di mana? Di mana itu, kapan kejadiannya coba saya teliti dulu. Perintahkan jajaran saya untuk meneliti informasi tersebut karena saya belum tahu itu," kata Kapolda didamping Kabid Humas Kombes Pol Ibrahim Tompa kepada wartawan usai melakukan lawatan di Komisi pemilihan umum (KPU) Provinsi Sulut, Jumat (11/1/2019).

Dijelaskan kapolda, pada prinsipnya yang menyebabkan luka hingga hilangnya nyawa orang ada regulasi mengatur. Pihaknya akan melihat kronologis seperti apa. (*)

Sumber : Posbelitung.co

Tags

Berita Terkait

X