Erupsi Gunung Anak Krakatau Penyebab Tsunami Capai 64 Hektare

Reporter: Super Admin - Editor: No Editor
- Selasa, 25 Desember 2018, 08:21 AM
JURNALJAMBI.CO - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memastikan tsunami Selat Sunda yang terjadi pada Sabtu (22/12) malam akibat aktivitas vulkanis Gunung Anak Krakatau.



Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan dari analisis pihaknya aktivitas vulkanik yang memicu kepundan atau lereng Gunung Anak Krakatau kolaps atau terjadi longsor bawah laut menimbulkan getaran yang kekuatannya setara magnitudo 3,4.

"Dihitung dari citra satelit saat itu dipimpin bapak Deputi, Pak Ridwan, menghitung luas area kolaps itu mencapai 64 hektare. Dan, volume batuan dari kolaps ini dalam waktu 24 menit kemudian menjadi tsunami di pantai," ujar Dwikorita dalam jumpa pers di Kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (24/12) seperti disiarkan CNNIndonesia TV.

Longsoran itu, kata dia, terjadi di lereng barat daya Gunung Anak Krakatau. Itu pun, sambungnya, diperparah derasnya gelombang laut akibat cuaca ekstrem.

Dwikorita menegaskan itu adalah analisa lanjutan setelah jumpa pers pertama kemarin. Tsunami itu juga, kata Dwikorita, terkonfirmasi dengan data yang didapatkan dari data tide gauge milik Badan Informasi Geospasial (BIG).

"Kami menginformasikan benar apa yang sebelumnya kami sampaikan, bahwa tsunami ini berkaitan dengan erupsi vulkanis," kata Dwikorita.

Oleh karena itu, sambungnya, pihaknya tak bisa memantau dini terjadinya gempa yang berpotensi tsunami di Selat Sunda. BMKG, tegas Dwikorita, hanya bisa memantau gempa tektonik dan memberikan peringatan dini setidaknya paling lama lima menit setelah guncangan apakah berpotensi tsunami atau tidak.

Untuk pencatatan aktivitas vulkanis, kata Dwikorita, data itu ada pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMNG).

Di samping itu, pengonfirmasian tsunami yang terjadi itu pun berdasarkan hasil foto pantauan udara yang dilakukan TNI atas situasi di sekitar Gunung Anak Krakatau.

"Dalam beberapa hari ke depan, kami akan mengimbau, ini masih akan ada gelombang tinggi karena cuaca maritim... Di kawasan pantai agar tidak beraktivitas lebih dulu dalam beberapa hari ke depan, paling tidak sampai 26 Desember," ujar Dwikorita.

Tsunami Selat Sunda menghantam pesisir Banten dan Lampung pada Sabtu (22/12) malam lalu.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut jumlah korban tewas akibat tsunami Selat Sunda mencapai 281 orang. Sementara, 1.016 lainnya mengalami luka-luka dan 57 orang masih dinyatakan hilang.

"Data sementara yang berhasil dihimpun Posko BNPB hingga Senin (24/12/2018) pukul 07.00 WIB, tercatat 281 orang meninggal dunia, 1.016 orang luka-luka, 57 orang hilang dan 11.687 orang mengungsi. Kerusakan fisik meliputi 611 unit rumah rusak, 69 unit hotel-vila rusak, 60 warung-toko rusak, dan 420 perahu-kapal rusak," ungkap Kepal Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB SUtopo Purwo Nugroho, lewat keterangan tertulisnya, Senin (24/12). (*)

Sumber: cnnindonesia.com

Tags

Berita Terkait

X