Strategi Pindah Markas Prabowo Disebut Sebagai Decoy

Reporter: Super Admin - Editor: No Editor
- Senin, 17 Desember 2018, 08:42 AM
JURNALJAMBI.CO – Pemindahan markas Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto – Sandiaga Uni ke Jawa Tengah dinilai memiliki tujuan lain. Menurut peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adian Sopa, strategi itu memiliki unsur pengalihan perhatian kubu inkumben.



Meminjam istilah permainan catur, strategi yang digunakan oleh BPN Prabowo - Sandi diibaratkan sebagai umpan alias decoy. Ia mengatakan decoy ini bertujuan untuk menganggu konsentrasi tim Joko Widodo atau Jokowi - Ma'ruf agar mengeluarkan usaha lebih menangkal serangan-serangan yang mereka lancarkan di sana.

"Arah sebenarnya bukan ke sana (memecah suara). Tapi dia coba untuk tujuan antara saja, untuk tujuan besarnya. Tujuan besarnya adalah decoy, atau lebih kepada mengganggu konsentrasi aja," kata Ardian kepada Tempo Ahad 16 Desember 2018.

Ardian yakin kubu Prabowo memiliki data yang sama dengan mereka, yakni suara Jawa Tengah adalah mayoritas suara untuk Jokowi - Ma'ruf. Atas kesadaran itu mereka percaya decoy adalah strategi yang lebih masuk akal ketimbang memecah suara.

Pasalnya menurut Ardian, akan sulit mengubah suara pemilih yang sudah menetapkan pilihannya, ketimbang pemilih yang belum memutuskan pilihan atau swing voters. Ia menambahkan, kalaupun benar tujuan utamanya adalah untuk mengalihkan dukungan, Prabowo - Sandiaga memerlukan kerja sangat keras untuk mengubah pilihan masyarakat Jawa Tengah.

Kampanye yang dilakukan pun tidak bisa menggunakan strategi biasa, untuk menggeser Jokowi di Jawa Tengah, Prabowo - Sandiaga musti meyakinkan betul masyarakat di sana, bahwa Jokowi belum menguntungkan masyarakat, sehingga dibutuhkan figur baru yang membawa terobosan. "Kampanye nya pun tidak bisa hal-hal yang normatif," kata dia.

Pada Pilpres 2014, pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa kalah telak di Jawa Tengah oleh Joko Widodo atau Jokowi - Jusuf Kalla. Prabowo - Hatta hanya meraih 33, 35 persen suara, sedangkan Jokowi - JK 66,65 persen. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai partai pengusung Jokowi pun mendapatkan suara paling tinggi yakni 24,5 persen dengan sumbangan paling tinggi berasal dari Solo Raya yakni 20 persen. (*)

Sumber: Tempo.co

Tags

Berita Terkait

X