Al Haris Paparkan ‘Geber Mewah’ di Kemenpan RB

oleh

JURNALJAMBI.CO – Setelah dilonching di Desa Baru Pangkalan Jambu pada Senin (9/7), program gerakan bersama mengembalikan lahan eks PETI menjadi sawah (Geber Mewah), ditindaklanjuti Bupati Merangih H Al Haris ke Pemerintah Pusat.

Secara gamblang dan tegas bupati kemarin (11/7), memaparkan program tersebut di depan empat orang tim penguji TOP 99 inovasi pelayanan publik tahun 2018. di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) Republik Indonesia

Keempat tim penguji itu, Prof Prasojo mantan Wamenpan RB dan guru besar UI, Nurjaman Moechtar dari Liputan 6 SCTV, Wawan Sobari dari Universitas Brawijaya dan Teguh Wijanarko staf ahli di Kementerian Menpan RB.

Dalam TOP 99 inovasi pelayanan publik tahun 2018 ini, Merangin masuk ke 99 besar inovasi dari 3000 inovasi se Indonesia. Dan juga menjadi satu satunya perwakilan dari kab. Kota Se-Provinsi Jambi.

‘’Pada paparan itu saya menekankan, program Geber Mewah ini merupakan gerakan moral masyarakat yang melibatkan lembaga adat dan perangkat desa, untuk ‘menguningkan’ kembali sawah yang hilang akibat PETI,’’ujar Bupati.

Dimana Pangkalan Jambu dulunya merupakan kecamatan yang menjadi lumbung padinya Kabupaten Merangin. Sekarang Pangkalan Jambu kondisinya jadi porak poranda, akibat ulah pelaku PETI yang notabene buka warga setempat.

‘’Untuk itulah melalui program ini, kita sentuh hati masyarakat mengembalikan sawahnya yang hilang. Saya yakin masyarakat akan tersentuh dan beramai-ramai turun menggarap lahan eks PETI itu menjadi sawah kembali,’’terang Bupati.

Upaya mengetuk hati masyarakat untuk menginggalkan PETI dan kembali turun ke sawah tersebut, telah dilakukan bupati sejak 2015 lalu. Selain itu, gerakan ini juga didorong pasca anjloknya harga sawit dan karet.

Berdasarkan hitungan ekonomi bupati, untuk satu hektar sawit maupun karet, jika dibandingkan dengan satu hektar padi, hasilnya lebih banyak padi. Apalagi padi bisa langsung diolah jadi beras, kalau sawit atau karet harus dijual terlebih dahulu.

Disamping itu bupati memberi pemahaman kepada masyarakat, kalau menanam padi meskipun hasilnya tidak sebanyak PETI, namun kegiatan petani itu akan terus berkesinambungan dan bekelanjutan.

‘’Kalau PETI itu sifatnya sementara, merusak semua sawah yang kita miliki dan sering mengundang bencana banjir serta menelan korban. Tapi kalau sawah, petani bisa lebih menjamin masa depan yang bekelanjutan,’’jelas Bupati. (*)

Penulis : Teguh/Humas

Editor    : Ivan Ginanjar