Kisah Putri Tangguk yang Lupa Diri

oleh

“Ibu bukan membuang padi. Ibu menyerakkannya supaya jalan ini tidak licin lagi. Padi ini kuanggap sebagai pengganti pasir.” jawab Putri Tangguk.

“Istriku… bukankah padi itu untuk kita makan? Rasanya tidak baik jika kita membuang-buang makanan,” nasihat suaminya.

“Ah… masa bodoh. Bukankah padi kita sudah banyak? Kau mau aku jatuh lagi dan tulangku patah?” jawab Putri Tangguk sambil terus menyerakkan padi-padinya. Suami dan anak-anaknya tak bisa membantah. Akhirnya padi di gerobak tinggal separuh.

Sejak panen terakhir itu, Putri Tangguk tak pernah lagi ke sawah. Ia lebih banyak berada di rumah, merawat anak-anaknya. Suatu malam, ketika Putri Tangguk tidur, anaknya yang bungsu merengek karena lapar. Putri Tangguk pergi ke dapur untuk mengambil nasi di panci.

“Aneh, kenapa panci ini kosong? Bukankah tadi masih ada sedikit nasi di sini?” katanya dalam hati. Karena si bungsu terus merengek, Putri Tangguk memutuskan untuk menanak nasi lagi. Putri Tangguk kembali terkejut. Beras yang disimpannya di kaleng juga lenyap tak berbekas. Ia ingat betul, sebelumnya di kaleng itu masih banyak beras.

“Ke mana perginya beras itu? Jangan-jangan ada orang yang men- curinya.” Putri Tangguk tak bisa berpikir panjang. Ia sangat mengantuk. Dibujuknya si bungsu untuk tidur. Besok, ia akan mengambil padi di lumbung clan menumbuknya menjadi beras.