JURNALJAMBI.CO – Hari ini Putri Tangguk akan memanen sawahnya lagi. Sawahnya tidak besar, tapi hasilnya banyak sekali. Anehnya lagi, setiap habis dipanen, padinya selalu muncul dan siap untuk dipanen lagi. Tujuh lumbung milik Putri Tangguk pun hampir penuh menampung hasil panen.
Putri Tangguk hidup bersama suami dan ketujuh anaknya. Setiap hari ia dan suaminya pergi ke sawah untuk memanen padi. Hari ini adalah panen terakhir. Putri Tangguk mengajak semua anaknya. Setelah ketujuh Iambungnya penuh, ia bisa beristirahat untuk beberapa bulan ke depan. Putri Tangguk dan keluarganya memanen padi di sawah mereka. Hasil panen itu mereka masukkan ke gerobak besar.
”Nah, selesai sudah panen terakhir kita. Persediaan padi kita cukup untuk beberapa bulan,” kata Putri Tangguk. Mereka mendorong gerobak bersama-sama. Mereka senang memiliki sawah yang subur dan menghasilkan banyak padi.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba Putri Tangguk terjatuh. “Aduuhh…,” teriaknya. “Hati-hati Bu, semalam hujan deras sekali, makanya jalanan jadi licin,” kata suaminya sambil membantunya berdiri.
“Hujan tak tahu diri! Gara-garanya jalanan ini jadi licin. Bisa-bisa aku terjatuh lagi nanti. Bukankah perjalanan ke rumah masih jauh?” omel Putri Tangguk. Putri Tangguk lalu mengambil padi yang baru dipanen dan diserakkan di jalanan.
“Apa yang Ibu lakukan? Mengapa padi-padi itu dibuang?” tany anak sulungnya.